Langsung ke konten utama

BAB I

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN 

AKUNTANSI

Oleh Galih Wicaksono, S.E., M.Si., Akt., CA., CPA., BKP., CPIA., CRP., QWP., CHRM., CTA., CADE.

  Mempelajari sejarah akuntansi dari masa ke masa dapat membantu kita untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, manfaat akuntansi, dan menambah semangat untuk mempelajarinya.

   1.1  Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Dunia

Akuntansi merupakan salah satu bahasa bisnis yang disepakati di dunia ini. Dengan adanya akuntansi, maka para pelaku  usaha dapat mengkomunikasikan ke berbagai penjuru dunia mengenai kondisi usahanya, sehingga dapat memberikan kebermanfaatan bagi usaha tersebut misalkan dalam bentuk mendatangkan modal atau investor baru. Adanya modal dan investor, maka usaha dapat lebih maju dan berkembang dengan baik sesuai yang diharapkan oleh pemilik usaha, yaitu memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham atau pemilik  usaha.

 

Akuntansi sendiri sudah berkembang sejak lama, yaitu semenjak manusia dapat membuat catatan dan menghitung terkait usahanya. Pada awalnya proses mencatat dan menghitung tersebut dilakukan pada ukiran batu, kayu, kulit binatang, dan berbagai media lainnya sebelum kertas dan alat tulis lainnya ditemukan. Akuntansi terus berkembang sejak adanya penggunaan mata uang sebagai media dalam pembayaran, sehingga membutuhkan       pencatatan dan penghitungan secara lebih rinci.

 

potret Luca Pacioli

 

Menurut kesepakatan ahli akuntansi, ilmu akuntansi pertama kali diajarkan oleh Luca Pacioli pada tahun 1494, yang merupakan ahli matematika dari Eropa. Luca Pacioli membuat buku yang cukup populer yaitu yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita, yang di salah satu subbabnya mengajarkan tentang pembukuan berpasangan. Menurut Oktavia (2009), Luca Paciolo mengajarkan mengenai keseimbangan suatu transaksi dalam bentuk adanya dua sisi keseimbangan, yaitu debet dan kredit, dimana keduanya diambil dari bahasa latin debere dan credere, yang artinya percaya dan mempercayai. Pada intinya bahwa dalam transaksi mengandung kepercayaan dan saling mempercayai antar pihak yang melakukan        transaksi.

 

Summa de arithmetica, geometria, proportioni et proportionalita (1494) karya Luca Pacioli

 

Perkembangan akuntansi yang cukup pesat dimulai dari benua Eropa, yang kemudian munculah dua mazhab besar dalam  akuntansi, yaitu sistem belanda yang biasa disebut dengan continental system dan sistem Amerika yang biasa disebut dengan anglo saxon system. Kedua sistem tersebut berkembang dengan cukup pesat, apalagi dengan adanya revolusi industri yang terjadi di Inggris pada abad ke-18, yang memunculkan berbagai jenis industri yang tentu saja membutuhkan akuntansi dalam pencatatan hasil usahanya. Selain itu juga, sistem anglo saxon yang berkembang di Amerika dengan adanya dukungan perkembangan pasar modal pada abad ke-19 yang terjadi di Amerika, sehingga membutuhkan  akuntansi dalam setiap transaksi yang terjadi di pasar modal.

 

Dalam perkembangannya, continental system dan anglo saxon system terus berkembang yang masing-masing kedua sistem tersebut diikuti oleh beberapa dewan standar akuntansi yang ada di berbagai negara di dunia, khususnya di Eropa dan Amerika. Penerapan standar akuntansi harus dilakukan secara taat asas, dalam artian harus dilaksanakan secara konsisten mengikuti salah satu sistem tersebut. Adanya perkembangan ekonomi yang cukup besar di Amerika, membuat beberapa perusahaan di Amerika menanamkan saham pada berbagai perusahaan yang ada di penjuru dunia, sehingga anglo saxon system berjalan relatif cepat dan diterapkan oleh berbagai dewan standar akuntansi di negara   lain, hal tersebut juga ditambah dengan adanya berbagai ahli akuntansi yang mempelajari akuntansi di Amerika, sehingga apa yang mereka peroleh akan diajarkan ke negara asalnya.

 

Dewasa ini, yang dimulai pada awal abad 20 terdapat dua  dewan standar akuntansi yang mendominasi kebijakan akuntansi di    dunia, yaitu International Accounting Standards Boards (IASB) yang merupakan penyusun International Financial Reporting Standards (IFRS), serta Financial Accounting Standards Boards (FASB) yang berasal dari Amerika dan menerbitkan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). IFRS dan GAAP merupakan kiblat akuntansi di era modern. Menurut Warsono (2011), meskipun keduanya memiliki kesamaan, namun terdapat juga beberapa perbedaan, misalkan dalam IFRS yang pengembangannya berdasarkan pada principles based serta pengukuran berbasis fair value. Sedangkan GAAP berdasarkan pada rules based dan pengukurannya berbasis historical cost. Namun keduanya bersepakat bahwa perlu adanya standar tunggal dalam pelaporan keuangan, sehingga pelaporan keuangan dapat diterapkan secara global dan memiliki kualitas yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama yang berkelanjutan antara IASB dan FASB untuk menciptakan konvergensi IFRS dan GAAP, yang salah satunya menghasilkan adanya Conceptual Framework for Financial Reporting.

 

  1.2  Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Indonesia

Perkembangan akuntansi di Indonesia tidak lepas dari pengaruh Belanda, karena setelah dijajah selama 3,5 abad, maka pengaruh Belanda tidak hanya meninggalkan jejak pada aspek peraturan hukum, namun juga pada aspek akuntansi juga. Pembukuan yang dilakukan Indonesia terdapat pengaruh pembukuan sistem belanda, bahkan sampai dengan pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1960 masih menggunakan sistem akuntansi Belanda. Pemerintah kolonial Belanda mulai mengenalkan akuntansi di Indonesia secara resmi sejak adanya regulasi yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal pada tahun 1642 mengenai pengadministrasian kas dan    piutang. Hal lain yang memperkuat adanya penerapan sistem akuntansi Belanda yaitu adanya penguasaan ekonomi oleh VOC di      berbagai wilayah yang ada di tanah air Indonesia.

 

KAP Morhan & Rekan | News

 

Pada tahun 1957 untuk pertama kalinya berdiri organisasi  akuntan Indonesia, yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pada tahun 1960 Indonesia secara perlahan sudah mulai meninggalkan sistem akuntansi Belanda dan beralih pada sistem akuntansi Amerika, yang biasa disebut dengan anglo saxon system. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya akademisi akuntansi yang belajar di Amerika, sehingga membawa ajaran sistem akuntansi Amerika ke Indonesia. Pada tahun 1975 secara resmi institusi pemerintah  dan swasta yang ada di Indonesia mulai menerapkan anglo saxon system atau sistem akuntansi Amerika. Hal ini disebabkan karena mulai berkembangnya penanaman modal asing dari luar negeri ke  Indonesia, dimana para penanam modal asing tersebut di negara asalnya menggunakan sistem akuntansi Amerika, sehingga Indonesia juga ikut menerapkan sistem akuntansi tersebut dalam kebijakan akuntansinya. Perusahaan asing yang mulai menanamkan modalnya di Indonesia juga melakukan transfer ilmu pengetahuan mengenai praktik akuntansi di Indonesia, sehingga memperkuat urgensi penerapan sistem akuntansi Amerika di Indonesia.

 

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berada pada garis depan dalam pengembangan kebijakan dan standar akuntansi di Indonesia. Menurut Oktavia (2009), perkembangan akuntansi di Indonesia dapat dijabarkan dalam beberapa periode. Pada tahun 1973 dengan adanya pasar modal, IAI melahirkan beberapa kebijakan akuntansi yang disebut dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI), yang pada tahun 1974 ditetapkan bahwa terdapat Komite PAI untuk mengawal perkembangan PAI. PAI dibuat untuk memenuhi tuntutan adanya pasar modal. Pada tahun 1984, IAI kembali melakukan modifikasi yang disebut dengan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. Lebih lanjut pada tahun 1994, IAI melakukan perubahan besar-besaran terhadap PAI, yaitu dengan lahirnya Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Pada tahun tersebut IAI memutuskan harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional.

 

Pada setiap tahunnya IAI selalu merevisi dan update SAK dengan memperhatikan harmonisasi standar akuntansi internasional, serta mempertimbangkan kondisi ekonomi dan bisnis yang berkembang secara pesat. Revisi yang dilakukan oleh IAI misalkan pada tahun 1995, 1996, 1999, 2002, 2004, dan 2007. Pada tahun 1998, Komite PAI yang mengawal SAK namanya diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Untuk menindaklanjuti bergabungnya Indonesia pada keanggotaan G-20 pada tahun 2009, IAI bertekad melakukan upaya konvergensi SAK ke International Financial Reporting Standards (IFRS). Dengan adanya konvergensi tersebut, maka SAK menerapkan principled based, penggunaan nilai wajar dalam pengukurannya, adanya pertimbangan profesional dan pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Menurut Putri (2010), adanya perubahan lingkungan bisnis secara global, menyebabkan menyatunya berbagai negara di dunia dalam komunitas dan adanya tuntutan terkait transparansi dalam informasi.


Berdasarkan SAK (2022), diperoleh informasi bahwa konvergensi tahapan pertama dimulai tahun 2012, kemudian   diikuti dengan konvergensi tahapan kedua di tahun 2013 dan 2014.        SAK yang berlaku per 1 Januari 2015 pada garis besarnya sudah berbasis IFRS seperti adanya PSAK dan ISAK terbaru, revisi, amandemen, dan beberapa yang masih proses penyesuaian. SAK tersebut kemudian selalu diperbaharui atau direvisi misalkan dengan adanya SAK efektif per 1 Januari 2017, SAK per 1 Januari 2018, dan yang terakhir adalah adanya SAK efektif per 1 Januari 2022.

 

Selain menghasilkan produk SAK, IAI juga menghasilkan produk SAK lainnya seperti Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM). SAK ETAP dan SAK EMKM dapat digunakan oleh Usaha Mikro, Kecil, dan   Menengah atau yang biasa disebut dengan UMKM. Kedua SAK tersebut digunakan untuk usaha tertentu apabila tidak menerapkan IFRS, sehingga dimungkinkan menggunakan kedua alternatif SAK. Sehingga prosedur dan kebijakan akuntansinya tidak perlu menggunakan SAK, namun cukup memilih antara SAK ETAP atau   SAK EMKM.

 

Sebagai informasi, organisasi akuntan di Indonesia dewasa ini tidak hanya IAI saja, namun terdapat dua organisasi lainnya, yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI). Kedua organisasi tersebut pada awalnya merupakan kompartemen atau bagian dari IAI. Namun dengan berjalannya waktu, kedua organisasi tersebut memisahkan      diri dari IAI, yaitu menjadi IAPI dan IAMI. IAPI merupakan organisasi profesi akuntan publik, yang anggotanya terdiri dari praktisi akuntan publik dan pihak-pihak yang berminat dalam profesi akuntan publik. Sedangkan IAMI adalah organisasi profesi akuntan manajemen, yang anggotanya terdiri dari akuntan manajemen dan pihak-pihak yang berminat dalam profesi akuntan manajemen. Ketiga organisasi tumbuh berkembang secara bersamaan dan sudah menjadi bagian dari International Federation of Accountants (IFAC), yang merupakan organisasi akuntan tingkat  internasional. Selain itu juga ketiga organisasi akuntan tersebut dibina oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Dengan pengakuan dari organisasi akuntan internasional serta adanya pembinaan dari Kementerian Keuangan, diharapkan ketiga organisasi tersebut dapat berkembang dengan baik dalam mendukung profesi akuntan di Indonesia.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. (2022). Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta: Ikatan  Akuntan Indonesia.

Oktavia. (2009). Perkembangan Akuntansi di Indonesia. Jurnal Akuntansi, Vol. 9, No. 1, Januari 2009.

Putri, Anisa. (2010). Perkembangan Akuntansi di Indonesia. JRAK, Vol. 2, Agustus 2010.

Warsono, Sony. (2011). Adopsi Standar Akuntansi: Fakta, Dilema dan Matematika. Yogyakarta: ABPublisher.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari Kesuksesan Chairul Tanjung, ‘Si Anak Singkong’

  BELAJAR DARI KESUKSESAN  CHAIRUL TANJUNG,   'SI ANAK SINGKONG' Penugasan Mata Kuliah Kewirausahaan - D isusun oleh Amanda Michelle